Buah naga. Namanya cukup angker. Tapi, buah yang mulai menjadi sektor
andalan di beberapa daerah ini cukup ramah bagi kesehatan. Ia dipercaya
memiliki khasiat, di antaranya sebagai penyeimbang kadar gula darah,
pelindung kesehatan mulut, pencegah kanker usus, mengurangi kolesterol,
pencegah pendarahan, hingga mengobati keluhan keputihan.
Dragon
fruit atau nama latinnya Hylocereus undotus yang merupakan buah hutan
ini konon berasal dari Meksiko, Amerika Selatan, yang dalam
perkembangannya, kemudian dikembangkan di Israel, Thailand dan
Australia. Buah ini, kemudian ditanam secara meluas di Vietnam sebelum
berkembang ke Asia. Sesungguhnya, buah naga ini termasuk dalam keluarga
tanaman kaktus dengan karakteristik memiliki duri pada setiap ruas
batangnya.
Setiap negara mempunyai sebutan yang berbeda terhadap
buah ini, seperti Feuy Long Kwa (Cina), Thanh Long atau Clever Dragon
(Vietnam), Kaew Mangkorn (Thailand), Shien Mie Kuo (Taiwan), Pitahaya
(Mexico), Melano (Hawai), Rhino Fruit (Australia), dan Buah Naga, Kaktus
Manis, Kaktus Madu (Indonesia). Secara internasional, ia disebut Dragon
Fruit.
Jenis buah naga ada empat macam: buah naga daging putih
(Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus),
buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis) dan buah naga
kulit kuning daging putih (Selenicerius megalanthus).
Buah naga
biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar sebagai penghilang dahaga,
karena buah naga mengandung kadar air tinggi sekitar 90 persen dari
berat buah. Rasanya cukup manis karena mengandung kadar gula mencapai
13-18 briks. Buah naga bisa disajikan dalam bentuk jus, sari buah,
manisan maupun selai atau beragam bentuk penyajian lainnya. Secara umum,
pakar sependapat dan mengakui buah naga kaya dengan potasium, ferum,
protein, serat, sodium dan kalsium yang baik untuk kesihatan berbanding
buah-buahan lain. Menurut AL Leong dari Johncola Pitaya Food R&D,
organisasi yang meneliti buah naga merah, buah kaktus madu itu cukup
kaya dengan berbagai zat vitamin dan mineral yang sangat membantu
meningkatkan daya tahan dan bermanfaat bagi metabolisme tubuh manusia.“
Penelitian menunjukkan buah naga merah ini sangat baik untuk sistem
peredaran darah, juga memberikan efek mengurangi tekanan emosi dan
menetralkan toksik dalam darah. Penelitian juga menunjukkan buah ini
bisa mencegah kanker usus, selain mencegah kandungan kolesterol yang
tinggi dalam darah dan menurunkan kadar lemak dalam tubuh,” kata Leong,
menjelaskan. Secara keseluruhan, setiap buah naga merah mengandungi
protein yang mampu meningkatkan metabolisme tubuh dan menjaga kesehatan
jantung, serat (mencegah kanker usus, kencing manis dan diet), karotin
(kesehatan mata, menguatkan otak dan mencegah masuknya penyakit), dan
kalsium yang menguatkan tulang hingga mengatasi sembelit. Buah naga pun
mengandung zat besi yang bermanfaat untuk menambah darah, vitamin B1
(mencegah demam badan), vitamin B2 (menambah selera), vitamin B3
(menurunkan kadar kolesterol) dan vitamin C (menambah kelicinan,
kehalusan kulit serta mencegah jerawat).
Buah naga merah juga
sangat baik untuk memperbaiki penglihatan mata karena memiliki zat
karotenoid. Fitokimia di dalam buah ini dapat menurunkan risiko kanker.
Selain buah, bunga dan batang, buah naga spesies Selenicereus
grandiflorus juga digunakan dalam pembuatan obat-obatan yang berguna
mengatur peredaran darah.
Kandungan serat pada buah naga sangat
baik, mencapai 0,7-0,9 gram per 100 gram. Serat sangat dibutuhkan tubuh
untuk menurunkan kadar kolesterol. Di dalam saluran pencernaan serat
akan mengikat asam empedu (produk akhir kolesterol) dan kemudian
dikeluarkan bersama tinja. Dengan demikian, semakin tinggi konsumsi
serat, semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh.
Selain untuk mencegah kolesterol, kandungan serat pada buah
naga juga sangat berguna dalam sistem pencernaan. Serat pangan (dietary
fiber) mampu memperpendek transit time, yaitu waktu yang dibutuhkan
makanan sejak dari rongga mulut hingga sisa makanan dikeluarkan dalam
bentuk feses.
Serat pangan yang dikandung buah naga sangat baik
untuk mencegah penyakit diabetes melitus, jantung, stroke, kanker, dan
penyakit kardiovaskular lainnya. Sayangnya, konsumsi serat di Indonesia
saat ini masih sangat rendah, yaitu sekitar 10 gram per orang per hari.
Padahal, konsumsi serat pangan yang dianjurkan adalah 20-30 gram per
orang per hari.