Inilah beberapa di antaranya yang paling sering jadi ancaman penderita kegemukan/obesitas:
1. Gangguan Jantung dan Pembuluh Darah
Obesitas merupakan penyebab utama terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan beban kerja jantung, karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan kerja jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung. Tanda-tandanya, napas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai.
Pengidap kegemukan/obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Kombinasi obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja jantung. Akibatnya, timbul penebalan pada dinding bilik jantung disertai kekurangan oksigen. Keadaan ini akan mempercepat timbulnya gagal jantung.
2. Gangguan Fungsi Paru-Paru
Lagi-lagi timbunan lemak menjadi pemicu masalah. Pada pengidap obesitas, timbunan ini dapat menekan saluran pernapasan. Ini bisa menyebabkan terjadinya, henti napas saat tidur (sleep apnea). Gangguan seperti ini lama-lama dapat menyebabkan gagal jantung juga dan berujung dengan kematian.
3. Menyebabkan Diabetes dan Peningkatan Kolesterol
Obesitas dapat menyebabkan terjadinya penyakit kencing manis (diabetes melitus). Ini disebabkan timbulnya gangguan fungsi insulin pada pengidapnya.
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh tubuh. Fungsinya antara lain memasukkan gula dari dalam darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi. Akibat gangguan fungsi insulin, gula tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga tetap beredar dalam darah. Ini dapat diketahui dari kadar gula darah yang meningkat.
Gangguan fungsi insulin ternyata juga mengakibatkan gangguan metabolisme lemak (dislipidemia). Ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol jahat), trigliserida, namun disertai penurunan kolesterol HDL (kolesterol baik).
Peningkatan kadar kolesterol jahat disertai penurunan kadar kolesterol berujung terbentuknya kerak dalam pembuluh darah (arterosklerosis). Arterosklerosis akan memperkecil diameter pembuluh darah, sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan stroke.
4. Gangguan Persendian
Obesitas akan menyebabkan peningkatan beban pada persendian penyangga berat. Misalnya persendian lutut sehingga lama-lama dapat menimbulkan peradangan persendian (osteoartritis). Gejala-gejalanya antara lain, nyeri pada sendi, diikuti dengan pembengkakan. Sendi juga menjadi kaku tak bisa digerakkan. Yang terparah, penderita tidak sanggup berjalan lagi.
5. Gangguan Sistem Hormonal
Obesitas ternyata juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada anak gadis, obesitas menyebabkan haid pertama (menarkhe) datang lebih awal. Pada wanita dewasa, obesitas dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal (hiperandrogenisme, hirsutisme), dan gangguan siklus menstruasi.
Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen (lelaki) meningkat. Akibatnya terjadi hirsutisme (tanda maskulinisasi). Misalnya jerawatan, distribusi bulu2 di wajah dan badan, bahkan mungkin perubahan suara menjadi berat seperti suara lelaki.
Pada wanita, obesitas juga peningkatan risiko timbulnya batu empedu. Ini terjadi karena cairan empedu menjadi lebih kental.
6. Meningkatkan Risiko Penyakit Ganas
Hasil penelitian menunjukkan, pada wanita yang sudah mengalami menopause, obesitas meningkatkan risiko timbulnya kanker rahim (endometrium) dan kanker payudara. Sedangkan pada pria, kegemukan dapat meningkatkan risiko terserang kanker prostat dan kanker usus besar (kolorektal).
7. Gangguan Psikologis
Orang dengan obesitas juga seringkali mengalami gangguan psikologis berupa rasa rendah diri, keadaan depresi, bahkan bisa terkucil dari pergaulan sosial. Terlebih lagi bila lingkungan di sekitarnya tidak memberi dukungan, melainkan lebih banyak memperolok-olok kegemukannya.
Sabtu, 20 September 2014
Rabu, 10 September 2014
FAKTA DIBALIK 5 MITOS SALAH TENTANG PROTEIN
Jika berhubungan dengan nutrisi dan makanan sehat, ada banyak sekali mitos yang beredar di masyarakat. Beberapa mitos tersebut memang benar, namun ada juga yang memang hanya sekedar mitos.
Salah satunya adalah mitos tentang protein. Akhir-akhir ini protein menjadi salah satu nutrisi yang paling penting dan diperhatikan oleh banyak orang. Mereka yang ingin menaikkan atau menurunkan berat badan berusaha untuk mendapatkan lebih banyak protein pada diet mereka. Namun ada hal yang harus diketahui sebelum Anda mempercayai mitos-mitos tentang protein yang beredar di luar sana.
Berikut adalah beberapa mitos protein yang salah dan fakta di balik mitos
1. Banyak orang kekurangan protein Sementara setengah orang dewasa mencoba untuk makan lebih banyak protein di keseharian mereka, sebenarnya 71 persen orang tak mengetahui berapa banyak protein yang harus mereka konsumsi setiap hari. Jumlah protein yang dianjurkan adalah 0,8 gram per kilogram berat badan. Jadi jika berat badan Anda 40 kilogram, maka protein yang dibutuhkan adalah 32 gram. Namun angka tersebut pun merupakan angka minimum bagi orang dewasa agar mereka tidak kekurangan protein. Agar lebih optimal, setidaknya Anda harus mengonsumsi 1,2 gram protein per kilogram berat badan. Sementara itu, kebutuhan protein bagi setiap orang juga berbeda-beda bergantung pada aktivitas yang mereka lakukan. Protein yang dibutuhkan orang dengan gaya hidup pasif tentu berbeda dengan mereka yang berprofesi sebagai olahragawan atau atlet angkat beban.
2. Tak masalah mengonsumsi protein kapanpun Mitos lainnya adalah bahwa jika Anda memenuhi kebutuhan protein harian maka semuanya selesai. Kapan Anda memakan protein tersebut tak berkaitan dengan kesehatan. Ini adalah mitos yang keliru. Memenuhi kebutuhan protein memang penting, namun membagi kapan Anda harus mengonsumsi protein tersebut juga tak kalah penting. Mengonsumsi terlalu banyak protein dalam satu waktu justru akan menghambat proses sintesis protein dalam tubuh, karena tubuh tak bisa memproses asam amino penting sekitar 30 - 40 gram dalam satu waktu. Sebuah penelitian terbaru dari Paddon-Jones dan peneliti lainnya menemukan bahwa sintesis protein akan lebih optimal dan meningkat hingga 25 persen jika dibagi menjadi tiga, 30 gram saat sarapan, makan siang, dibandingkan dengan pembagian seperti ini 11 gram saat sarapan, 16 gram makan siang, dan 63 gram makan malam. Jadi bukan hanya jumlah protein saja yang harus Anda perhatikan, melainkan juga kapan Anda harus memakannya.
3. Olahraga meningkatkan penyerapan protein Bagi orang yang suka nge-gym, Anda mungkin pernah mendengar mitos ini. Melakukan olahraga 30 menit setelah makan protein dipercaya bisa meningkatkan penyerapan asam amino pada tubuh. Ini adalah mitos yang salah. Karena faktanya hal ini terlalu dibesar-besarkan untuk menjual produk mereka. Paddon-Jones bahkan menjelaskan bahwa sintesis protein otot belum menyala setelah 30 sampai 40 menit olahraga. Jika ingin meningkatkan kemampuan tubuh untuk membentuk otot, sebaiknya lakukan olahraga rutin dan penuhi kebutuhan protein dengan benar, bukan dengan cara instan seperti yang disebutkan oleh mitos tersebut.
4. Suplemen protein paling baik untuk massa otot Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk mendapatkan massa otot dengan cepat cara terbaik adalah dengan mengonsumsi suplemen protein. Namun hal ini hanya mitos belaka. Berdasarkan beberapa penelitian di American College of Sport Ewdicine menjelaskan bahwa protein bisa dipenuhi dengan makanan saja. Suplemen protein sebenarnya tidak perlu. Kunci untuk mendapatkan protein adalah pada zat bernama leucine. Leucine bisa didapatkan dalam produk susu, ikan, daging ayam, daging sapi, telur, dan lainnya. Suplemen protein bisa sangat berguna jika Anda adalah vegetarian dan tak bisa mendapat protein tersebut dari daging.
5. Protein tinggi baik untuk pertumbuhan otot
Banyak atlet yang percaya bahwa lebih banyak protein akan membuat lebih banyak otot. Ini adalah mitos yang salah. protein tak ada kaitannya dengan memberikan tenaga pada tubuh. Jika ingin mendapatkan massa otot, yang harus dilakukan adalah berolahraga dengan teratur, dengan begitu anda akan mendapatkan massa otot dan tenaga yang lebih besar.
Itulah beberapa mitos salah mengenai protein. Jika masih mempercayai beberapa mitos di antaranya, kini Anda sudah mengetahui fakta di baliknya.
[NIH]
Langganan:
Postingan (Atom)