Senin, 09 Mei 2011

KENTUT ( FLATULENCE )

Sangat sedikit orang/masyarakat kita menempatkan persoalan kentut dari sisi ilmiah. Sebagian besar menempatkan dan membahas kentut hanya dari sisi etika dan adat kesopanan. Sering kali cara orang berkentut dijadikan ukuran seberapa jauh orang tersebut memahami sopan santun yang berlaku di masyarakat. Tidaklah mengherankan jika kemudian banyak orang merasa malu jika ketahuan kentut, tapi jangan remehkan kentut, karena orang bisa meninggal hanya gara-gara tak bisa mengeluarkan gas (kentut) dari tubuh. Dalam frekuensi normal, kentut merupakan hal yang sehat karena menandakan sistem pencernaan khususnya gerakan peristaltik usus hingga anus berjalan dengan normal. Dengan alasan itulah, kita sudah saatnya tidak lagi memandang remeh, apalagi hina, terhadap kentut.

Kentut adalah perpindahan gas dari dalam tubuh, terutama dari usus keluar melalui anus. Gas ini berisi nitrogen, oksigen, metana (diproduksi bakteri atau kuman dan mudah terbakar), karbon dioksida, hidrogen, dan lain-lain. Kentut menandakan peristaltik (pergerakan) usus yang berfungsi dengan baik, sehingga orang pascaoperasi dengan bius total baru dapat diberi minum dan makan setelah kentut. Pada kondisi tubuh yang normal, kentut merupakan tanda normalnya aktivitas sistem pencernaan. Sementara itu, kentut yang berlebihan atau tidak kentut sama sekali merupakan tanda adanya iritasi pada perut atau saluran cerna. Kentut tidak beracun, gas ini secara alami merupakan komponen dari usus yang normal. Meskipun demikian, ketidaknyamanan dapat terbentuk saat tekanan gas semakin tinggi. Bila frekuensinya berlebihan, maka menandakan adanya gangguan di perut. Tapi yang lebih buruk dan dapat mengancam nyawa adalah bila orang tidak bisa mengeluarkan gas dari dalam tubuhnya alias tidak bisa kentut.

Dalam buku The Flatuosities, yang ditulis Hippocrates disebutkan bahwa beraneka ragam penyakit dapat timbul akibat tidak kentut karena berlebihannya gas yang terkumpul dalam perut. Secara teoritis, seseorang dapat menderita gangguan susah buang air besar bila menahan kentut. Tidak semua gas kentut keluar dari dalam tubuh melalui anus. Ketika tekanan parsial berbagai komponen gas usus lebih tinggi daripada tekanan parsial dalam darah, komponen-komponen tersebut masuk ke dalam sistem peredaran darah melalui permukaan usus melalui proses difusi. Pada saat darah mencapai paru-paru, dengan proses difusi gas-gas tersebut dapat keluar dari darah dan keluar pada saat mengeluarkan napas. Jika seseorang menahan kentut pada saat siang hari, gas kentut tersebut akan keluar selama kita tidur dalam kondisi relaksasi. Adakalanya gas kentut terjebak pada saat pembentukan feses (kotoran) dan keluar bersamaan dengan proses buang air besar.

Pada sistem pencernaan manusia, kesulitan pembuangan gas sebagai kentut antara lain memang disebabkan gas berada dalam gelembung-gelembung kecil yang menyerupai busa. Pembentukan gelembung ini ternyata dibantu oleh lendir dalam saluran pencernaan. Peranan lendir ini telah dibuktikan dalam berbagai percobaan di antaranya pertama objek percobaan yang diminta meminum lendir ternyata mengalami gejala-gejala yang serupa dengan gangguan karena pengumpulan gas dalam perut. Objek penelitian kedua telah terbukti ada kore- lasi antara kekentalan mukus dalam perut dan tingkat beratnya keluhan penderita. Stres ikut meningkatkan pembentukan mukus atau sekresi mukus dalam saluran pencernaan.

Pengumpulan gas dapat menimbulkan keluhan-keluhan perut kembung, mulas- mulas, dan berbagai keluhan lain. Demikian kompleksnya gejala-gejala ini sehingga sering disalah-tafsirkan sebagai penyakit organik seperti batu empedu. Gas yang terkumpul di dalam lambung dapat mendorong hemidiaphragm ke atas dan menekan jantung. Ini dapat menimbulkan gejala-gejala nyeri pada perut kiri atas yang kadang-kadang menjalar Ke leher. Ketidakmampuan tubuh mengeluarkan gas atau kentut dari dalam tubuh dapat mengancam jiwa karena disebabkan oleh kondisi peritonitis. Peritonitis adalah peradangan (iritasi) dari peritoneum, yaitu jaringan tipis yang melapisi dinding bagian dalam perut dan mencakup sebagian besar organ perut.

Dilansir dari Medlineplus, Rabu (15/9/2010), gejala dari peritonitis secara umum adalah sebagai berikut:

Perut (abdomen) sangat sakit, kembung dan kadang lembek. Rasa sakit akan semakin memburuk ketika perut disentuh atau bergerak. Ketidakmampuan mengeluarkan gas atau kentut dari tubuh:
1. Demam dan menggigil
2. Terdapat cairan di perut
3. Susah buang air besar
4. Kelelahan berlebihan
5. Hanya sedikit buang air kecil
6. Mual dan muntah
Peritonitis dapat mengancam kehidupan dan dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang berbeda. Ada tiga jenis peritonitis, yaitu sebagai berikut:

1. Peritonitis Spontan
Peritonitis spontan biasanya disebabkan oleh infeksi ascitesascites, yaitu pengumpulan cairan dalam rongga peritoneal. Hal ini biasanya terjadi karena gagal hati atau ginjal. Faktor risiko meliputi penderita penyakit hati termasuk orang yang mengosumsi alkohol berlebihan dan penyakit lainnya yang mengarah ke sirosis, seperti virus hepatitis kronis (hepatitis B atau hepatitis C).
2. Peritonitis Sekunder
Peritonitis sekunder memiliki beberapa penyebab utama, salah satunya karena bakteri. Bakteri dapat memasuki peritoneum melalui lubang (perforasi) pada saluran pencernaan. Lubang tersebut dapat disebabkan oleh usus buntu yang pecah, radang lambung, perforasi usus, atau luka, seperti luka tembak atau pisau. Peritonitis sekunder juga dapat terjadi jika empedu atau bahan kimia yang dilepaskan oleh pankreas (enzim pankreas) bocor ke selaput rongga perut. Kontaminan asing juga dapat menyebabkan peritonitis sekunder jika masuk ke dalam rongga peritoneal. Hal ini dapat terjadi selama penggunaan kateter dialisis peritoneal atau tabung makan.
3. Peritonitis Dialisis
Peritonitis dialisis adalah peradangan pada selaput rongga perut (peritoneum) yang terjadi ketika seseorang menerima dialisis peritoneal, yang disebabkan oleh bakteri yang masuk ke wilayah tersebut pada prosedur dialisis. Bakteri kulit atau jamur dapat menyebabkan infeksi. Penyebab peritonitis harus diidentifikasi dan segera diobati.

Bila Anda mengalami gejala-gejala tersebut, hal yang paling bijak adalah segera pergi ke-dokter atau rumah sakit, karena kondisi ini bisa sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Pengobatan biasanya melibatkan operasi dan antibiotik.

Sumber: NetSains.com

Tidak ada komentar: