Kamis, 03 Januari 2013

SEPUTAR MITOS DIABETES YG SALAH

Pasien Diabetes Mellitus khususnya tipe II kerap datang ke dokter dalam kondisi sudah mengalami komplikasi. Kebanyakan pasien cenderung tidak menyadari kondisi pre-diabetes yang dialaminya. Selain itu, banyak pula yang mempercayai informasi serta mitos-mitos yang tidak benar seputar diabetes.

Berikut ini adalah beberapa mitos keliru tentang penyakit diabetes yang perlu diluruskan.  Mitos diabetes yang berkembang memang banyak, namun yang disajikan berikut hanyalah 10 informasi yang dirangkum dari berbagai sumber : 

1. Diabetes diturunkan menyilang, dari ibu ke anak lelakinya, atau dari ayah ke anak perempuannya.


Faktanya: Punya riwayat keluarga menderita diabetes memang menaikkan resiko diabetes. Tetapi, punya golongan darah yang sama dengan ayah belum tentu membuat Anda otomatis terkena diabetes. Demikian juga diabetes yang ditularkan secara menyilang hanya mitos. Terkena diabetes atau tidak itu tergantung pola makan dan gaya hidup. Kalau gaya hidup yang diikuti sehat, risiko diabetes dapat dihindari.

2. Diabetes itu penyakit orang tua

Faktanya: Diabetes yang diderita orang tua berlaku untuk diabetes tipe 2, karena pada umumnya dijumpai pada orang dewasa. Tapi, kini semakin banyak anak dan remaja yang didiagnosis menderita diabetes tipe 2 terutama mereka yang mengalami kelebihan berat badan. Diabetes bisa menimpa usia berapa saja, meski paling banyak menimpa orang berusia di atas 40 tahun. Namun, karena perubahan gaya hidup modern yang kurang sehat membuat prevalensi penderita diabetes berusia 20 tahun atau 30 tahun.

3. Sering makan manis menyebabkan diabetes


Faktanya : Diabetes tipe I disebabkan faktor genetik dan masih terus diteliti pemicunya. Sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan faktor genetik yang dipicu gaya hidup tidak sehat. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel-sel di pankreas yang memproduksi insulin, yang tidak berhubungan dengan konsumsi gula. Diet tinggi kalori, baik dari gula atau dari lemak, dapat meningkatkan berat badan yang pada akhirnya meningkatkan resiko terkena diabetes tipe 2.

4. Penyandang diabetes harus berhenti total konsumsi gula

Faktanya: Jika dikonsumsi sebagai bagian dari rencana diet yang sehat atau dikombinasikan dengan olahraga, makanan dan minuman manis boleh dikonsumsi oleh penderita diabetes. Namun, meski bukan pantangan, penderita diabetes tetap perlu membatasi makanan minuman yang manis. Untuk menjaga glukosa darah, makanan atau minuman yang manis sebaiknya dikonsumsi setelah makanan rendah karbohidrat, itupun dibatasi. Kemudian, jangan lupa lakukan cek gula darah untuk memonitor perubahan glukosa tubuh.

5. Diabetes bisa sembuh

Faktanya: Kadangkala individu mengira bahwa gula darah yang selalu stabil dan normal dalam jangka waktu lama, dianggap diabetesnya sembuh. Padahal, gangguan fungsi pankreas sifatnya permanen dan irreversible. Diabetes memang tidak dapat disembuhkan, namun dengan pengelolaan yang baik maka gula darah dapat dijaga tetap normal. Gula darah yang dijaga dalam batas normal membuat penyandang diabetes tidak berbeda sama sekali dengan orang sehat, serta menjauhkan diabetisi dari resiiko komplikasi.

6. Obat tradisional tidak lebih baik dari obat dokter

Faktanya: Beda obat tradisional dengan obat medis yang paling mencolok adalah adanya bukti penelitian klinis atau tidak. Setiap obat modern yang beredar di pasaran telah melewati fase uji klinis. Berbeda obat tradisional umumnya tidak mengalami fase uji klinis, sehingga belum diketahui secara ilmiah dampaknya bagi manusia tetapi jauh lebih aman.

7. Penyandang diabetes tidak perlu alat ukur khusus
Faktanya: Gejala seseorang yang mengalami gula darah tinggi atau hiperglikemia bisa jadi dirasakan. Namun, justru banyak pula pasien diabetes melaporkan mereka tidak menyadari sama sekali. Jika tidak diukur, kondisi hiperglikemia ekstrim berpotensi menimbulkan ketoasidosis yang bisa mengakibatkan koma pada pasien.

8. Diabetes bikin umur pendek


Faktanya: Orang dengan diabetes memang disarankan mendapat vaksinasi flu. Hal ini dikarenakan penyakit apapun yang menimbulkan infeksi, bisa menyebabkan diabetes lebih sulit dikontrol. Sehingga lebih rawan untuk mengalami hiperglikemia yang bisa memacu perkembangan komplikasi serius. Dengan pola makan dan gaya hidup sehat, penyandang diabetes  bisa mengurangi risiko terkena berbagai macam penyakit.

9. Pakai insulin, diabetes berarti sudah parah


Faktanya: Hal ini hanya berlaku untuk pasien diabetes tipe I. Untuk penderita diabetes tipe II, biasanya dapat menjaga glukosa darah dengan menjaga pola makan dan berolahraga. Apabila itu tidak cukup, dokter menyarankan pasien untuk mengonsumsi obat oral penurun glukosa. Seiring waktu, tubuh pasien bertahap menghasilkan insulin lebih sedikit dan akhirnya obat-obatan tidak cukup menjaga kadar glukosa darah yang normal. Suntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah ke tingkat normal.

10. Yang paling penting menjaga gula darah puasa


Faktanya: Gula darah tinggi baik sebelum atau sesudah makan sama bahayanya untuk jangka panjang. Gula darah yang tinggi sesudah makan merupakan pemicu utama bagi timbulnya komplikasi makrovaskuler (gangguan jantung dan pembuluh darah). Banyak penyandang diabetes meninggal karena komplikasi jantung dan pembuluh darah.

SOLUSI ALTERNATIF
Sebelumnya kurkuma juga diketahui efektif membunuh sel kanker dan sebagai antimikroba.
Kurkuma mampu melawan inflamasi dan reaksi oksidatif yang merusak sel-sel tubuh. Kedua proses tersebut diketahui ada dalam berbagai penyakit, termasuk diabetes tipe dua. Dalam penelitian selama 9 bulan, diketahui orang yang mengonsumsi suplemen ekstrak kurkumin satu dosis setiap hari bisa terhindar dari penyakit diabetes.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Diabetes Care itu melibatkan 240 orang Thailand yang menderita pradiabetes, suatu kondisi di mana kadar gula darah mereka melebihi normal namun belum termasuk diabetes. Jika tidak diatasi pradiabetes bisa menjadi diabetes.

Para responden dalam penelitian ini secara random diberikan kapsul kurkuma dan plasebo atau kapsul yang tidak memiliki zat aktif.

Setelah 9 bulan, sekitar 19 dari 116 orang dari kelompok plasebo menderita diabetes tipe dua. Sementara dari kelompok yang mendapat kurkuma tidak satupun menderita diabetes.

Karena penelitian ini dilakukan dalam periode yang singkat, maka para pakar diabetes menyatakan belum bisa menyimpulkan apakah ekstrak kurkuma layak dikonsumsi setiap hari. Meski konsumsi ekstrak kurkuma dalam bentuk suplemen belum dianjurkan, namun kita tetap bisa mendapatkan manfaat kurkuma melalui masakan berbumbu kunyit.

source:humanbody

Tidak ada komentar: